Kamis, 06 Desember 2018

TT E G1 Subjek Pendidikan Hakiki (Allah Sebagai Pendidik)

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Pendidik
Pendidik adalah orang yang mendidik.[1] Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan mendidik. Dalam perspektif Islam, pendidik dapat dikategorikan sebagai:
1.    Mu’allim artinya bahwa seorang pendidik itu adalah orang yang berilmu (memiliki ilmu) pengetahuan luas, dan mampu menjelaskan/mengajarkan/mentransfer ilmu tersebut kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengamalkannya dalam kehidupan.
2.    Mu’adib (addaba-yuaddibu-ta’diiban) yang berarti mendisiplinkan atau menanam sopan santun. Yang dilandasi dengan etika, moral, dan sikap yang santun, serta mampu menanamkannya kepada peserta didik melalui contoh untuk di tiru.
3.    Mudarris artinya orang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual lebih, dan berusaha membantu, menghilangkan menghapuskan kebodohan/ketidaktahuan peserta didik dengan cara melatih imtelektualnya melalui proses pembelajaran sehingga peserta didik memiliki kecerdasan intelektual dan keterampilan.
4.    Mursyid artinya orang yang memiliki kedalaman spiritual atau memmiliki tingkat penghayatan yang mendalam terhadap nilai-nilai keagamaan, ketaatan ibadah dan berakhlak mulia.[2]
Sifat-sifat pendidik yaitu:
1.      Memiliki sifat kasih dan sayang,
2.      Lemah lembut,
3.      Rendah hati,
4.      Menghormati ilmu lainnya,
5.      Adil,
6.      Menyenangi ijtihad,
7.      Konsekuen,
8.      Sederhana.[3]
Jika dilihat dari prespektif al-qur’an, al qur’an itu berasal dari Allah, yang dalam beberapa sifat-Nya ia memperkenalkan diri-Nya sebagai pendidik. Didalam surat al fatihah (1) ayat pertama dinyatakan :
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ          
Artinya: segala puji bagi Allah,Tuhan semesta alam.          
Imam al- Maraghi ketika menafsirkan ayat tersebut menyatakan bahwa rabb adalah al sayyid, al murabbi, al- ladzi yasusu man yurabbihi wa yudabbiru syu’unahu,yang artinya sebagai pemelihara, pendidik orang yang didiknya dan memikirkan keadaan perkemmbangannya. Dilihat dari segi kandungannya pendidik yang diberikan Allah kepada umat manusia itu terbagi dua, yang pertama, pendidikan yang bersifat keduniaan (khalqiyah) yang ditandai dengan pertumbuhan fisik, hingga menjadi dewasa, pendidikan jiwa dan akalnya. Kedua, pendidikan agama dan akhlak yang disampaikan kepada setiap individu yang dapat mendorong manusia mencapai tingkat kesempurnaan akal dan kesucian jiwanya.[4]
B.     Hakikat Mengajar
Secara harfiah kata “mengajar” diartikan kepada “memberikan pelajaran”. Dalam Al-Qur’an, mengajar menggunakan kata ‘allama. Kata ini berasal dari ‘alima yang telah mendapat tambahan ‘ain fi’il-nya yang kemudian dignati dengan tasydid sehingga menjadi ‘allima. Menurut Luis Ma’luf, kata ‘allima mempunyai arti “membuat orang mengetahui”. Dengan demikian, mengajar dapat diartikan suatu aktivitas atau kegiatan untuk membuat seseorang mengetahui dan menguasai suatu ilmu.

C.     Dalil Allah Sebagai Pendidik
Q.S, Ar-Rahman : 1-4
الرَّحْمَنُ (١) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (٢) خَلَقَ الإنْسَانَ (٣) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (٤)
                             Artinya:
1. (Tuhan) yang Maha Pemurah,
2. yang telah mengajarkan Al Quran.
3. Dia menciptakan manusia.
4. mengajarnya pandai berbicara.
            Ayat ini menjelaskan bahwa Allah mengajarkan Al-Qur’an dan Al-Bayan kepada manusia. Pengajaran ini dimulai dari nama-Nya Al-Rahman yang artinya kasih sayang, tidak dimulai dari nama yang lain terutama menggambarkan kekuasaan-Nya yang mutlak seperti al-Mutakabbir, al-Qahhar, dan al-Jabbar.
1.        Tafsir Al- Azhar
“Ar-Rahman, Yang Maha Pemurah”
Arti dari Ar-Rahman adalah amat luas, kalimat dalam pengambilannya ialah RAHMAT. Yang berarti kasih sayang, cinta, pemurah. Dia meliputi kepada segala segi dari kehidupan manusia dan terbentang didalam segala makhluk yang wujud di dunia ini. Dalam al qur’an kita sering menjumpai kalimat rahman, rahim, rahmat, dan lain sebagainya, dan semuanya itu mengandung akan arti kasih sayang, pemurah, kesetiaan dan lain-lain. Bahkan dalam memulai membaca surat dalam al-qur’an selalu diawali dengan Bismmillahirahmanirrahim, maka didalam surat ini dikhususkanlah menyebut Allah dengan sifatNya yang paling meminta perhatian kita. Kalau Allah pun bersifat rahman, seharusnya kita meniru pula sifat Allah. Setelah itu Allah memperincikan rahmat-Nya itu.
“Yang mengajarkan Al-Qur’an”
Inilah salah satu dari Rahman, atau kasih sayang Tuhan kepada manusia. Yaitu diajarkan kepada manusia itu Al-Qur’an, yaitu wahyu ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW yang dengan al-qur’an itu manusia dikeluarkan dari pada gelap gulita pada terang benderang. Dibawa kepada jalan yang lurus. Maka datangnya pelajaran Al-Qur’an kepada manusia adalah sebagai menggenapkan kasih Tuhan kepada manusia. Rahmat ilahi yang paling utama ialah ilmu pengetahuan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Mengetahui itu adalah suatu kebahagiaan, apalagi yang diketahui itu al-qur’an.
“Yang menciptakan manusia”

2.    Tafsir Al- Maraghi
1.)    Tafsir al-mufradat
Ar-Rahman: salah satu diantara nama-nama Allah yang indah (asma ul husna)
Al insan:  Umat manusia
Al bayan: kemampuan manusia untuk mengutarakan isi hati dan memahamkannya kepada orang lain
Bi husban: dengan perhitungan yang teliti dan teratur
An Najm: tumbuh tumbuhan yang berbatang, seperti kurma dan jeruk
Yasjudan: keduanya tunduk kepada Allah dengan tabiatnya, seperti halnya orang-orang mukhalaf tunduk dengan pilihannya (ikhtiar)
Rafa’aha: Allah menciptakan langit dalam keadaan terangkat tinggi, tempat dan tingkatanya.
Al-Mizan: keadilan dan peraturan
Aqimu al Wazna bi al- qitshi: Luruskanlah timbangan kalian dengan adil
La Tukhsirul mizan: janganlah kamu mengurangi neraca
Lil Anam: untuk makhluk  Allah
Al-Akman: jamak dari kim ( huruf kaf dikasrahkan ) :kelompok kurma
Al –Ashf: Daun tumbuh-tumbuhan yang berada pada bulir biji
Ar-Raihan: tumbuh-tumbuhan apa saja yang berbau harum
Al-A’la: Jamak dari ila’alan (huruf hamzah difathahkan atau dikasrahkan) dan juga ilyun dan ilwun. Artinya, kenikmatan.[7]
2.)    Penjelasan
Ø  Ayat 1dan 2, ayat ini turun sebagai jawaban kepada penduduk makkah, pada surat ini Allah menganugerahkan kepada hambanya kenikmatan yang merupakan nikmat terbesar kedudukannya dan besar manfaatnya bahkan paling sempurna faidahnya. Yaitu nikmat diajarkannya al-qur’annurl karim, karena dengan al-qur’an akan memperoleh kebahagiaan didunia dan diakhirat. Setelah menyebut nikmat tersebut, maka Allah swt menyebutkan pula nikmat penciptaan yang merupakan pangkal dari segala urusan.
Ø  Ayat 3 dan 4,ayat ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dan mengajarinya apa saja yang terlintas didalam hatinya dan terdetik dalam sanubarinya. Oleh karena itu manusia itu makhluk sosial ,yang tidak bisa hidup kecuali bermasyarakat dengan sesamanya maka haruslah ada bahasa untuk memahamka sesamanya. Dan menulis untuk sesamanya pada tempat-tempat yang jauh dan negeri-negeri sebrang. Ini adalah nikmat ruhani terbesar yang tidak bisa tertandingi. Dengan nikmat lainya.
          Pertama-tama Allah menyebutkan hal yang harus dipelajari, yaitu al- qur’an, yang dengan itulah diperoleh kebahagiaan. Selanjutnya menyebutkan tentang belajar, dialanjutkan dengan menyebutkan cara belajar, seterusnya barulah menyebutkan benda langit yang di manfaatkan oleh manusia dalam penghidupan mereka.[8]
D.    Pendidik Seluruh Makhluk
Dalam prespektif falsafah pendidikan islam, semua makhluk pada dasarnya adalah peserta didik. Sebab dalam islam sebagai murabbi, mu’alim, atau mu’addib, Allah swt pada hakikatnya adalah pendidik  bagi seluruh makhluk ciptaanNya. Dialah yang mencipta dan memelihara seluruh makhluk. Pemeliharaan Allah swt mencakup sekaligus kependidikannya, baik dalam arti tarbiyah, ta’lim maupun ta’dib. Karenanya dalam prespektif falsafah pendidikan islam, peserta didik mencakup seluruh makhluk Allah swt. Seperti malaikat, jin, manusia, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
Dalam islam, hakikat ilmu itu berasal dari Allah swt, dan dia sendiri adalah al- alim. Karenanya sebagai muta’allim,peserta didik adalah manusia yang belajar kepada Allah, mempelajari al-asma  kullah yang terdapat pada ayat-ayat kauniyah dan qur’aniyah untuk sampai pada pengenalan,peneguhan dan akulturasi syahadah primodial yang telah diikrarkan dihadapan Allah swt.
Dalam islam esensi adap dan akhlak yaitu syariat yang menata idealitas interaksi atau komunikasi antara manusia dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan makhluk lainnya atau semesta alam dan dengan Tuhan maha pencipta, pemelihara, dan pendidik semesta alam.[9]  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TT E L3 Metode Pendidikan Special (Metode Tanya Jawab) Q.S Al-Baqarah 189

  METODE PENDIDIKAN SPESIAL "METODE TANYA JAWAB"   Farkhatuttadzkiroh NIM. (2117065) Kelas : E   JURUSAN PEND...