Jumat, 07 Desember 2018

TT E L3 Metode Pendidikan Special (Metode Tanya Jawab) Q.S Al-Baqarah 189

 
METODE PENDIDIKAN SPESIAL
"METODE TANYA JAWAB"
 
Farkhatuttadzkiroh
NIM. (2117065)
Kelas : E 
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat serta karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi. Kemudian, tidak lupa shalawat serta salam kita ucapkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti. Amin.
Yang terhormat Muhammad Hufron, M.S.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi dan teman- teman kelas E yang saya sayangi serta telah mendukung kami dalam pembuatan makalah ini. Pembuatan makalah ini, selain bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliahTafsir Tarbawi , tetapi juga sekaligus menjawab beberapa pertanyaan dari permasalahan yang kami angkat, dengan materi yang kami bahas yaitu, Metode Tanya Jawab.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya mohon maaf apabila ada salah-salah kata dan pembahasan yang kurang jelas dalam makalah ini. Semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat sebagai media pemahaman dalam proses pembelajaran.
Pekalongan, November 2018
Penyusun

 

BAB I

PENDAHULUAN

Metode pendidikan atau lebih operasionalnya, metode mengajar adalah cara-cara praktis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dengan kata lain, cara guru untuk menyampaikan informasi kepada peserta didiknya, sebagai rentetan kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada peserta didik. Jadi, metode mengajar adalah cara-cara yang digunakan guru dalam penyampaian materi ajar kepada muridnya didalam kelas.
Peranan metode pendidikan berasal dari kenyataan yang menunjukkan bahwa materi kurikulum pendidikan islam tidak mungkin akan tepat diajarkan, melainkan diberikan dengan cara khusus. Ketidak tepatan dalam penerapan metode ini kiranya akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga yang tidak perlu. Tanggung jawab yang dipercayakan kepada guru untuk mencapai tujuan yang luas akan dapat berhasil guna sebaik-baiknya berdasarkan ketentuan-ketentuan umum yang telah di gariskan sesuai dengan yang telah direncanakan secara optimal
Kunci pembentukan karakter dalam proses pendidikan menurut Al-Quran menunjukkan, bahwa manusia itu lahir dengan fitrah yang baik. Kepercayaan akan adanya fitrah yang baik ini akan mempengaruhi implikasi-implikasi praktis bagi metode-metode yang seharusnya diterapkan dalam proses belajar mengajar.

BAB II

 PEMBAHASAN

Para ahli telah memberikan padangannya tentang konsep metode tanya jawab. Yusuf memberikan pendapatnya bahwa metode tanya jawab merupakan suatu cara untuk menyampaikan atau menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya. Olehnya dalam penerapannya, guru dan siswa harus terlibat dalam aktifitas bertanya dan memberikan respon atas pertanyaan-pertanyaan yang ada.[1]
Metode belajar mempunyai kelemahan dan kekurangan masing-masing. Metode ceramah misalnya, mempunyai kelemahan, diantaranya menjauhkan dan kurang merangsang daya berpikir peserta didik. Untuk menutupi kelemahan tersebut diperlukan metode tanya jawab. Peserta didik yang kurang memperhatikan pelajaran melalui metode ceramah akan berhati-hati terhadap pelajaran yang disajikan dengan metode tanya jawab, sebab setiap peserta didik sewaktu-waktu akan mendapat giliran menjawab pertannyaan guru. Metode inipun tetap saja mempunyai kelemahan, yaitu tidak dapat dilakukan kepada setiap peserta didik secara keseluruhan dan tidak dapat memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik di dalam kelas.
Metode Tanya jawab sering dilakukan oleh Rasulullah SAW. Ketika memberikan pengajaran Kepada para sahabatnya.[2] Semua pertanyaan diambil dari kehidupan para sahabat secara umum dan tidak menafikan beberapa pertanyaan mereka yang lain seperti man abaa? dan aina abaa? termasuk juga pertanyaan tentang hilal, sejak ia berbentuk sabit kemudian menyempurna dan pada akhirnya kembali seperti sediakala. Keseluruhan Tanya jawab dalam ayat-ayat al-quran, dari pertanyaan terdahulu hingga pertanyaan terakhir, adalah dilengkapi dengan tujuan yang sangat mirip yang diekspresikan dalam langkah terahir dalam pertanyaan. Hal ini bertujuan membantu manusia untuk menemukan kebenaran.[3]
 
يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ اْلأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ  لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّبِأَنْ تَأْتُوْا اْلبُيُوْتَ مِنْ ظُهُوْرِهَاوَلَكِنَّ اْلبِرَّمَنِ اتَّقَى وَأْتُوْا اْلبُيُوْتَ مِنْ اَبْوَابِهَاوَااتَّقُوَّاللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Meraka bertanya kepada engkau dari hal bulan sabit. Katakanlah: Dia itu adalah waktu-waktu yang ditentukan untuk manusia dan (untuk) haji. Dan tidaklah kebajikan itu, bahwa kamu masuk ke rumah kamu dari belakangnya, tetapi yang kebajikan ialah takwalah kepada Allah, supaya kamu beroleh kejayaan”.
Paling penting untuk diperhatikan adalah bahwa Allah menjawab dengan menjelaskan manfaat hilal bagi agama maupun kehidupan dunia. Allah dalam hal ini tidak menjawab inti pertanyaan mereka karena pada saat itu para sahabat belum mengetahui perubahan yang terjadi pada bulan. Maka kita dapatkan jawaban yang termaktub bukan tentang pertanyaan mereka, melainkan manfaat yang ada padanya, yaitu menunjukkan waktu-waktu ibadah dan muamalah mereka, khususnya dalam ibadah haji. Kemudian memberi peringatan akan perbuatan mereka saat masih berada dalam fase jahiliyah, yaitu seusai menunaikan ibadah haji, mereka memasuki rumah melalui pintu belakang, bukan pintu depan. Dan mengingatkan mereka bahwa perbuatan yang demikian itu tidak termasuk kebajikan, namun kebajikan adalah apa yang dilakukan oleh orang-orang yang takwa.

Menentukan waktu melalui hilal sangat mudah bagi orang-orang yang mengetahui masalah hitungan maupun yang tidak mengetahui, bahkan sangat mudah dipakai oleh orang kampong maupun kota. Sedang mengetahui waktu dengan matahari (sanah syamsiyah), hanya akan dimengerti oleh orang-orang yang pandai dalam ilmu hitung (ilmu falak). Dan merekapun masih sangat sulit menghitung secara tepat, kecuali jika ilmu pengetahuan telah bertambah maju.  Dan ini masih membutuhkan waktu yang panjang.[5]
 
Tafsir Al-Azhar
Mereka bertanya kepada engkau dari hal bulan sabit. Katakanlah: dia itu adalah waktu-waktu yang ditentukan untuk manusia dan (untuk) haji.” (pangkal ayat 189). Mereka menanyakan mengapa bulan begitu, bukan menanyakan apa faedah yang kita ambil dari keadaan bulan yang demikian. Beliau berikan jawaban yang sesuai dengan kewajiban beliau sebagai rasul. Maka beliau katakanlah bahwasannya bulan terbit dengan keadaan yang demikian itu membawa hikmat yang penting sekali bagi kita. Dengan bulan demikian manusia dapat menentukan iddah perempuan setelah bercerai, menentukan berapa purnama perempuan telah mengandung. Dan dengan dia dapat ditentukan waktu puasa, sampai kepada waktu hari raya dan mengeluarkan zakat sekali setahun, sampai kepada waktu mengerjakan haji.
Kemudian datanglah sambungan ayat: “dan tidaklah kebajikan itu bahwa kamu masuk kerumah dari belakangnya, tetapi yang kebajikan ialah barang siapa yang takwa.” Menurut penafsiran dari penaafsir abu sebelumnya, yaitu kalua hendak masuk kedalam rumahmu janganlah dari pintu belakang.  Maksudnya kalua hendak menanyakan sesuatu hal kepada seseorang hendaklah pilih soal yang pantas dijawab oleh orang itu. Kalua hendak menanyakan mengapa bulan mulanya laksana sabit, lama-lama penuh dan akhirnya kecil sebagai sabit lagi, janganlah hal itu ditanyakan kepada Nabi. Tetapi tanyakanlah kepada ahli falak. Samalah halnya bertanya begitu sebagai masuk rumah dari pintu belakang. Tetapi kalua ditanyakan kepada Nabi apa hikmat yang dapat diambil dari peredaran bulan demikian, akan dapatlah dijawab oleh Nabi menurut yang selayaknya dan yang sepadan dengan beliau. Selanjutnya tuhan bersabda: “dan datanglah ke rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan takwalah kepada Allah, supaya kamu beroleh kejayaan.” (ujung ayat 189).[6]
Tafsir Al-Misbah
            mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, mengapa bulan pada mulanya terlihat seperti sabit, kecil, tetapi dari malam ke malam ia membesar hingga mencapai purnama, kemudian mengecil dan mengecil lagi sampai hilang dari pandangan? Kaatakanlah, bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia. Waktu dalam penggunaan Al-quran adalah batas akhir pulang untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Ia adalah kadar tertentu dari satu masa. Dengan keadaan bulan seperti itu manusia dapat mengetahui dan merancang aktivitasnya sehingga dapat terlaksana sesuai dengan masa penyelesaian (waktu) yang tersedia, tidak terlambat apabilaterabaikan dengan berlakunya waktu; dan juga untuk waktu pelaksanaanibadah haji.
Kembali kepada pertanyaan sahabat nabi diatas, al-Quran tidak menjawab sesuai dengan harapan mereka, tetapi memberi jawaban lain yang lebih sesuai dengan kepentingan mereka. Hal serupa banyak terjadi dengan tujuan mengingatkan penanya bahwa ada yang lebih wajar ditanyakan daripada yang telah diajukan. Memang al-Quran mendidik manusia, dan salah satu bentuk pendidikannya adalah mengarahkab mereka melalui jawaban-jawabannya.
Allah menegaskan bahwa, bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan ialah kebajikan orang yang bertakwa, atau kebajikan adalah siapa yang menghindar dari kebiasaan dan pertanyaan ynag serupa dengan yang ditanyakan diatas dan dalam kondisi yang serupa pula. Karena itu masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya. Bertakwalah kepada Allah, laksana tuntunan-Nya sepanjang kemampuan kamu dan jauhi larangaan-Nya agar kamu beruntung.[7]
Ilmu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena ilmu adalah pedoman hidup umat manusia. Kita tidak dapat melakukan sesuatu tanpa adanya ilmu, dengan adanya ilmu kita dapat mengetahui sesuatu yang tadinya belum kita ketahui. Dalam menuntut ilmu kita diharuskan menanyakan apa yang belum kita pahami, karena jika kita berusaha menafsirkan sendiri, maka kita mungkin saja tersesat dalam menuntut ilmu. Dalam menanyakan sesuatu harus ada tata cara dalam bertanya maupun menjawab.  Orang yang berilmu, insyaallah akan selamat di dunia dan di akhirat. kewajiban bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu agama, yang dengannya ilmu agama dapat membimbing seseorang keluar dari kebodohan, ilmu membimbing seseorang mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan ilmu yang benar tersebut seseorang akan mendapatkan tuntunan untuk menempuh jalannya menuju surge Allah ta’ala.
1.      Ilmu adalah pedoman hidup manusia.
2.      Dengan menuntut ilmu yang kita akan menambah wawasan dan akan mendapatkan manfaat.
3.      Dalam menuntut ilmu hendaknya bertanya apabila belum paham.
4.      Menuntut ilmu adalah sarana untuk beribadah kepada Allah.
5.      Jika orang yang berilmu hendaklah ilmu tersebut diamalkan kepada semua orang.
6.      Setelah menuntut ilmu hendaknya tawakal kepada Allah dan harus selalu optimis.

BAB III
PENUTUP
metode tanya jawab merupakan suatu cara untuk menyampaikan atau menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya. Olehnya dalam penerapannya, guru dan siswa harus terlibat dalam aktifitas bertanya dan memberikan respon atas pertanyaan-pertanyaan yang ada.
Dalil metode tanya jawab yang tercantum dalam Al-Baqarah ayat 189 yang di dalamnya Allah menjawab dengan menjelaskan manfaat hilal bagi agama maupun kehidupan dunia

TT E L2 Metode Pendidikan Special (Metode Perumpamaan) Q.S Ibrahim Ayat 24-25

 

METODE PENDIDIKAN “SPECIAL”

METODE PERUMPAMAAN

QS.IBRAHIM AYAT 24-25
Afitasari 
NIM. ( 2117375 ) 
Kelas E

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

Amtsal dalam al Qur’an merupakan visualisasi yang abstrak yang dituangkan dalam berbagai ragam kalimat dengan cara menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa dan sebanding, maka untuk dapat memahaminya secara baik dan benar memerlukan pemikiran yang cermat dan mendalam serta harus ditopang dengan penguasaan ilmu Balaghah. Selain itu juga, ketika Allah membuat perumpamaan- perumpamaan di dalam al Qur’an bagi manusia, kadang-kadang menggunakan bentuk jama’ (amtsal) dan kadang-kadang menggunakan bentuk mufrad (matsal) dalam beberapa ayat dan surat. Kedua bentuk tersebut kadang-kadang pula digunakan secara bersamaan dalam satu ayat, yang tujuanya untuk menampilkan hal ihwal kebenaran atau menunjukan betapa pentingnya pesan yang terkandung di dalamnya. Cara seperti ini dapat ditemukan, misalnya, ketika al Qur’an menjelaskan ke-Esaan Allah dan orang-orang yang meng-Esakan Allah, tentang kemusyrikan dan orang-orang musyrik, serta tentang perbatan-perbuatan mulia. Masalah-masalah tersebut diungkapkan melalui perumpama-an yang bersifat konkrit yang dimaksudkan untuk menjelaskan dan menegaskan makna pesan yang terkandung di dalamnya. Dengan menggunakan perumpamaan yang konkrit tersebut, para pendengar dan pembaca akan merasakan seolah-olah pesan yang disampaikan terlihat langsung.






BAB II

PEMBAHASAN

Metode perumpamaan (amtsal) adalah suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu. Perumpamaan dapat dilakukan dengan mentasybihkan sesuatu (menggambarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang serupa), seperti mengumpamakan sesuatu yang rasional-abstrak dengan sesuatu yang bisa diindera.
Amtsal adalah bentuk jamak dari kata matsal (perumpamaan) atau mitsil (serupa) atau matsil, sama halnya dengan kata syabah atau syabih.
Dalam pengertian bahasa (etimologi), amtsal menurut Ibn Al-Farits adalah persamaan dan perbandingan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Menurut Al-Asfahani amtsal berasal dari kata al-mutsul, yaitu al-intishab (asal,bagian). Matsal berarti mengungkapkan perumpamaan.
Menurut Rasyid Ridha, amtsal adalah kalimat yang digunakan untuk memberi kesan dan menggerakan hati nurani. Apabia di dengar terus, pengaruhnya akan menyentuh lubuk hati yang paling dalam.
Menurut Ibn Al-Qayyim amtsal adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hukumnya, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang konkret, atau salah satu dari keduanya dengan yang lainnya.
Berdasarkan pengertian tersebut, baik secara bahasa maupun istilah, dapat disimpulakan bahwa amtsal Al-quran adalah menampilkan sesuatu yang hanya ada dalam pikiran (abstrak) dengan deskripsi sesuatu yang dapat diindera (konkret).Macam Macam Amtsal Al-Qur’an
1.      Amtsal Musharrahah
Amtsal amusharrahah adalah amtsal yang jelas, artinya jelas dalam menggunakan kata-kata perumpamaan atau kata yang menunjukan penyerupaan (tasybih).Seperti contohnya dalam Q.S :17-20 tentang orang munafik, yang intinya dari isi contoh tersebut ada dua perumpamaan :
·         Yang pertama menyiratkan bahwa orang-orang munafik seperti orang yang menyalakan api dengan cara memasuki agama islam secara formalitas, tetapi keislamannya tidak berpangaruh terhadap hatinya, sehingga Allah SWT pun menghilangkan cahaya yang telah dinyalakan mereka dan tetap membiarkan apinya terus menyala.
·         Yang kedua menyiratkan bahwa orang-orang munafik seperti orang yang di timpa hujan di iringi dengan gelap gulita,petir, dan kilat. Perintah dan larangan Al-Qur’an yang turun pada mereka seperti petir bagi kebenaran dan kebatilan.
2.      Amtsal Kaminah
Amtsal kaminah adalah amtsal yang tidak menyebutkan dengan jelas kata-kata yang menunjukkan perumpamaan, tetapi kalimat tersebut mengandung pengertian yang mempesona, sebgaimana yang terkandung dalam ungkpan-ungkapan singkat (ijaz)
3.      Amtsal Mursalah
Amtsal mursalah adalah kalimat-kalimat al-qur’an yang disebut secara lepas tanpa ditegaskan redaksi penyerupaan, tetapi dapat digunakan untuk penyerupaan.
Manfaat amtsal al-qur’an
a.       Menampilkan sesutau yang abstrak (yang hanya ada dalam pikiran) ke dalam sesuatu yang konkret, materiel yang dapat diindera manusia. Dengan cara ini akal dapat meneima pesan yang disampaikan oleh perumpamaan tersebut.Makna yang abstrak masih membuat hati ragu, apabila telah di transfer terlebih dahulu ke dalam makna yang konkret.
b.      Menyingkap makna yang sebenarnya dan memperlihatkan hal-hal gaib melalui paparan yang nyata, seperti disebutkan dalam firman Allah dalam surat Al Baqarah: 275
c.       Menghimpun arti yang indah dalam ungkapan yang singkat sebagaimana terlihat dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah.
d.      Membuat si pelaku amtsal menjadi senang dan bersemangat, seperti disebutkan dalam firman Allah surah Al Baqarah: 261
e.       Menjauhkan seseorang dari sesuatu yang tidak disenangi seperti disebutkan dalam firman Allah surah Al Hujurat: 12
f.       Memberikan pujian pada pelaku, seperti disebutkan dalam Al Qur’an surah Al Fath: 29
g.      Memperlihatkan bahwa yang dijadikan perumpaan memiliki sifat yang tidak disenangi manusia, seperti disebutkan dalam firman Allah Surah Al A’raf: 175-176
h.      Pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih mengena di hati lebih mantap dalam menyampaikan nasehat; dan lebih kuat pengaruhnya Allah sendiri banyak menggunakan amtsal di dalam Al Qur’an dengan tujuan memberikan peringat dan nasehat.[1]
 ٢٤ السَّمَاۤءِۙ فِيْ عُهَا وَّفَرْ ثَابِتٌ أَصْلُهَا طَيِّبَةٍ كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةً كَلِمَةً مَثَلًا اللّٰهُ ضَرَبَ كَيْفَ تَرَ أَلَمْ
٢٥  يَتَذَكَّرُوْنَ لَعَلَّهُمْ لِلنَّاسِ الْأَمْثَالَ اللّٰهُ وَيَضْرِبُ رَبِّهَاۗ بِإِذْنِ حِيْنٍ كُلَّ أُكُلَهَا تُؤْتِيْ
Artinya :
Ayat    24.Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik-baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit.
Ayat    25.(pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.
Tafsir Surat Ibrahim ayat 24-25
1.      Tafsir Al-Maraghi
Perumpamaan kalimat yang baik dan kalimat yang buruk
(مَثَلًا اللّٰهُ ضَرَبَ كَيْفَ تَرَ أَلَمْ)
Tidaklah kamu, wahai manusia, mengetahui secara yakin bagaimana Allah telah membuat perumpamaan dan meletakkannya pada tempat yang tepat.
 (السَّمَاۤءِۙ فِيْ عُهَا وَّفَرْ ثَابِتٌ أَصْلُهَا طَيِّبَةٍ كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةً كَلِمَةً)
(رَبِّهَاۗ بِإِذْنِ حِيْنٍ كُلَّ أُكُلَهَا تُؤْتِيْ)
Sesungguhnya Allah yang maha kuasa telah mambuat perumpamaan           bagi kalimat yang baik, yaitu iman yang tetap di dalam kalbu mu’min, yang ka    rena itu amalnya di angkat ke langit.
Allah mengumpamakan kalimat yang baik itu dengan pohon yang baik, berbuah, indah di pandang, harum baunya, pokoknya tertancap kokoh di dalam tanah, yang karenannya tidak mudah tumbang dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke udara.
Ringkasnya : Allah Ta’ala mengumpamakan kalimat iman dengan sebuah pohon yang akarnya tetap kokoh di dalam tanah dan cabangnya menjulang tinggi ke udara, sedang pohon itu berbuah pada setiap musim. Hal ini di sebabkan apabila hidayah telah bersemayam di dalam satu kalbu, maka akan melimpah kepada yang lain dan memenuhi banyak kalbu, seakan sebuah pohon yang berbuah pada setiap musim, karen buahnya tidak pernah terputus.[2]
2.      Tafsir Ibnu Katsier
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman Allah: bahwa yang di maksud dengan kalimat yang baik, ialah ucapan “Lailaha ilaallah”. Dan bahwa orang mukmin diumpamakan seperti pohon yang baik, yang selalu tidak terputus-putus amalnya, pada waktu pagi, sore atau malam, bahkan pada tiap saat ada amal shalehnya yang naik ke atas.
Ibnu Umar berkata: “Terdetik dalam hatiku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka aku pun enggan berbicara. Karena tidak ada seorang pun yang menjawab, maka Rasulullah saw. bersabda: “Pohon itu adalah pohon kurma.”
حِيْنٍ كُلَّ أُكُلَهَا تُؤْتِيْ (Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim) Tampak dari susunan kalimat tersebut bahwa orang mukmin itu seperti sebuah pohon yang selalu berbuah pada setiap waktu, pada musim panas dan musim dingin, baik pada malam hari maupun pada siang hari. Demikian pula seorang mukmin yang senantiasa diangkat baginya amal perbuatan yang baik sepanjang malam dan di penghujung siang pada setiap waktu, setiap saat.[3]
Dalam dunia pendidikan (Islam) amtsal yan ditampilkan al Qur’an sering digunakan sebagai salah satu metode pendekatan yang efektif dalam proses belajar mengajar.Metode pendekatan ini digunakan untuk memperjelas sasaran utama, maksud dan tujuan pembicara dalam menyampaikan materi pendidikan. Amtsal Al-Qur’an mengajak manusia berfikir dan merenung tentang sesuatu yang berada diluar dirinya bahkan kadang-kadang di luar alam kongkrit agar dapat difungsikan sebagai media pendidikan, yang pada akhirnya diharapkan dapat ditransformasikan kepada anak didik. Jadi amtsal Al-Qur’an terhadap penafsiran dan dalam dunia pendidikan cukup jelas dan mudah difahami yaitu untuk memberikan informasi kepada penerimanya mengenai sesuatu yang belum penah diketahuinya sehingga dapat membantu memahmi apa yang dirasa masih musykil (sulit) diterima oleh keterbatasan akal dan agar penyampaian materi pendidikan akan lebih mudah, berkesan, dan lebih berpengaruh kepada jiwa dan juga lebih merasuk ke dalam relung hati sanubari manusia sendiri.[4]

TT E L3 Metode Pendidikan Special (Metode Tanya Jawab) Q.S Al-Baqarah 189

  METODE PENDIDIKAN SPESIAL "METODE TANYA JAWAB"   Farkhatuttadzkiroh NIM. (2117065) Kelas : E   JURUSAN PEND...