Minggu, 21 Oktober 2018

TT E A4 Kesempurnaan Akal Q.S Al-Qashash ayat 14



KESEMPURNAAN AKAL (Q.S.Al-Qashash:14)
disusun guna memenuhi tugas Tafsir Tarbawi

Description: C:\Users\SITI\Downloads\logo-274-None.jpg

Disusun oleh :
Bilqist Ummu Habibah           (2117050)

KELAS E

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018





KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah kami haturkan atas segala kenikmatan yang telah diberikan sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan segala kekuranganya. Sholawat serta salam selalu kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga kita bisa mendapat syafa’at nya di yamul akhir kelak.
Sehubungan dengan ditugasinya penulis untuk mengulas materi mengenai kesempurnaan akal , yang sumbernya berasal dari tafsir QS. Al-Qashash ayat 14 , maka penulis mencoba menghimpun dan mengulas buku-buku yang berhubungan dengan tafsir QS. Alqashash ayat 14 tersebut.
Uraian topik dalam makalah ini disusun secara sederhana,praktis dan sistematis sesuai dengan format yang telah ditentukan. adapun untuk penelusuran yang lebih jauh dan mendalam pembaca dapat mengadakan kajian pada buku buku rujukan yang telah disebutkan, dan buku lain yang dianggap berhubungan dengan pembahasan dalam makalah ini.
Kemudian kritik pembaca terhadap kekurangan makalah ini sangat diharapkan. semuanya penulis terima sebagai bahan perbaikan pembuatan makalah setelahnya. Akhirnya saran dari semua pihak akan penulis terima dengan baik, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya , dan penulis pada khususnya.



                                                                                    Pekalongan, September 2018
                                                                                               


Penulis





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna karena di anugerahi oleh akal pikiran. Itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lain yang Allah ciptakan. Akal sendiri berfungsi untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, selain itu akal juga dapat menuntun kita ke jalan Allah. Dalam al qur’an pun telah banyak disebutkan mengenai penggunaan akal seperti afalaa ta’qiluun, afalaa ya’lamuun, afalaa tafakkarun, dan lain sebagainya. Kisah Nabi Musa di dalam surat Al-Qashash ayat 14 menjadi bukti kesempurnaan akal pada manusia, dimana ada beberapa penafsiran tentang ayat tersebut serta sampai tahap-tahapan kesempurnaan akal.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep ilmu dan akal pada manusia menurut pandangan al-Qur’an dan hadits?
2.      Bagaimana dalil serta tafsir dari Q.S. Al-Qashash ayat 14?
3.      Bagaimana penerapan Q.S.Al-Qashash ayat 14 dalam kehidupan sehari-hari?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui konsep ilmu dan akal pada manusia menurut pandangan al-Qur’an dan hadits.
2.      Untuk mengetahui dalil serta tafsir dari Q.S. Al-Qashash ayat 14.
3.      Untuk mengetahui penerapan Q.S.Al-Qashash ayat 14 dalam kehidupan sehari-hari.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Ilmu dan Akal Manusia

1)      Konsep ilmu
 Islam amat menuntut umatnya mencari dan mempelajari ilmu, baik ilmu yang merupakan ilmu fardhu ain, maupun ilmu berbentuk fardu kifayah. orang yang berilmu sajalah dapat mendekatkan diri kepada Allah dan bertaqwa dengan hakikat sebenarnya. Dalam konteks lain juga, Islam menyanjung tinggi orang yang alim dan berilmu. Orang yang berilmu diangkat ke darjat yang tinggi dan mulia.[1]
2)      Konsep Akal
Akal merupakan asas penting kepada manusia dan dengannya dapat membedakan derajat manusia dengan makhluk lain. Akal merupakan asas asal dan konsep utama menyebabkan manusia itu dipertanggungjawabkan dengan taklif serta syarat seseorang itu sempurna. Oleh itu anugerah akal merupakan suatu nikmat dan rahmat yang besar. Lantaran akal adalah amanah seperti nikmat lain. Peran akal menurut al-Quran dan al-Sunnah ialah sebagaimana berikut:
a.       Akal berperan untuk mengkaji dan mendalami serta mempelajari ilmu. Akal yang dikurniakan kepada manusia itu hendaklah digunakan semaksimal mungkin untuk mengambil kesempatan memperoleh ilmu pengetahuan.
b.      Akal berperan untuk mempelajari dan memahami wahyu Allah.
c.       Akal merupakan salah satu syarat manusia di taklifkan dan akal yang tidak diarahkan kejalan yang benar menurut syara’ atau akal yang lalai akan menunaikan perintah Allah menyebabkan seseorang itu berdosa dan masuk neraka. 
 d.    Akal merupakan sumber utama untuk mengenal Allah, melalui sifat-sifat dan bukti kekuasaan-Nya.
                                    e.       Akal membawa peran positif untuk manusia.

B.     Dalil dan Tafsir Hikmah dan Ilmu : Kesempurnaan Akal
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهٗ وَاسْتَوٰى اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًاۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْن ١٤
Artinya : Dan setelah dia (Musa) cukup umur dan sempurna akalnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

1)      Tafsir Jalalayn
 (Dan stelah Musa cukup umur) telah mencapai umur tiga puluh tahun atau tiga puluh tiga tahun (dan sempurna akalnya) yaitu telah mencapai umur empat puluh tahun (Kami berikan kepadanya hikmah) yakni kebijaksanaan (dan ilmu) yatu pengetahuan tentang agama sebelum ia diutus menjadi Nabi. (Dan demikianlah) Kami memberikan balasan kepada Musa (Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik) untuk diri mereka sndiri.

2)      Tafsir Al-Azhar
“Dan setelah Musa cukup umurnya dan dewasa, Kami berikan kepadanya Hukum dan Ilmu.” Telah dapat dikira-kirakan bahwa kurang lebih 30 tahun dia menjadi “Anak angkat” Fir’aun. Sebagai keluarga Bani Israil golongan yang tertindas dan dipandang hina, karena Musa jadi “anak angkat” telah mendapat hak istimewa yang tidak didapat oleh keluarga Bani Israil yang lain. Keadaan ini pernah diuraikan oleh Musa dihadapan Fir’aun sendiri kemudiannya, sebagai yang tersebut pada ayat 22 dari Surat 26 asy Syu’ara.
Pada ujung ayat ini dapat kita menggali suatu kenyataan. Yaitu bahwa disamping apa yang telah ditentukan oleh Allah bahwa Musa kelak kemudian hari akan dijadikan Nabi dan Rasul, dengan kehendak Tuhan juga telah ada orang-orang yang berbuat baik, yang telah berhasil usahanya sehingga Musa menjadi seorang yang mengerti hukum dan berilmu. Tentu saja yang berusaha berbuat baik ini adalah orang-orang yang mendidik dan mengasuhnya. Terutama ibu kandungnya,kedua istri Fir’aun yang budiman itu. Dipujikan disini bahwa usaha mereka yang baik itu berhasil.[2]
3)     Tafsir Al Maraghi
Dalam ayat-ayat terdahulu Allah menceritakan bahwa Dia telah melimpahkan nikmat-Nya kepada Musa diwaktu kecil, seperti menyelamatkannya dari kebiasaan setelah diletakkan didalam peti dan dilemparkan kesungai, serta menyelamatkan dari penyembelihan yang melanda anak-anak Bani Israil. Dalam ayat ini Allah menceritakan bahwa Dia melimpahkan nikmat kepadanya ketika dewasa, seperti memberinya ilmu dan hikmah, kemudian mengutusnya sebagai rasul dan Nabi kepada Bani Israil dan bangsa Mesir. Lalu Musa memohon ampun kepada Allah atas perbuatannya tersebut, dan bertekad tidak menolong seorang yang sesat dan berdosa. Tetapi manakala melihat perkelahian lain antara orang Yahudi tersebut dengan orang Qibti yang lain, Musa terdorong untuk menolong kembali orang Yahudi tersebut.
                            Penjelasan :
Setelah tubuhnya kuat dan akalnya sempurna, maka kami memberinya pemahaman agama dan pengetahuan tentang syari’at. Sebagaimana Kami telah memberi balasan kepada Musa atas ketaatannya kepada Kami dan Kami memberinya kebaikan atas kesabarannya terhadap perintah kami, maka demikian pula kami membalas setiap hamba yang berbuat kebajikan, mentaati perintah dan laarangan kami.[3]

4)      Tafsir Al-Misbah

Kata ( اشده ) terambil dari kata ( الاشد) yang oleh sementara pakar dinilai sebagai bentuk jamak dari kata ( شد) kata tersebut dipahami dalam arti kesempurnaan kekuatan. 
Kata ( استوى ) kata ini ada yang memahaminya berfungsi menguatkan kata “Asyuddahu”, tetapi pendapat yang lebih tepat adalah usia puncak kesempurnaan kekuatan. 
Tabathtabai memahami kata (حكما) dalam arti” ketepatan pandangan menyangkut substansi satu persoalan dan kebenaran penerapannya yang pada akhirnya berarti keputusan yang benar menyangkut baik buruknya satu pekerjaan serta penerapan keputusan itu.
Kata (المحسنين) adalah jamak dari kata محسن . Kata ihsan menurut al-Harrali sebagaimana dikutip dari al-Biqa’i adalah puncak kebaikan amalperbuatan.


C.    Penerapan Q.S.Al-Qashash ayat 14 dalam kehidupan sehari-hari
1.      Senantiasa beriman kepada Allah dan mempercayai segala sifat-sifat dan kebesaran-Nya.
2.      Selalu percaya bahwa Allah pasti akan menepati janji-janjiNya dan mewujudkan apa yang tidak mungkin untuk manusia.
3.      Selalu berusaha untuk menjadi seseorang yang baik sesuai syariat dan percaya bahwa itu tidak sia-sia.
4.      Selalu beikhtiar, bertawakkal, dan berdoa atas apa yang terjadi dihidup kita.
5.      Senantiasa memanfaatkan akal yang telah dianugerahkan Allah untuk kita yaitu berpikir dan mampu membedakan yang baik dan buruk.




.BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian penafsiran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa QS, Al-Qashash berisi mengenai kisah Nabi Musa As dari beliau lahir sampai dengan diangkatnya menjadi rasul. Qs.Alqashash ayat 14 ini menerangkan bahwa Allah menganugerahkan kepada manusia akal yang sempurna ketika seseorang tersebut telah menginjak usia sekitar asyuddu sekitar 20 – 40 tahun, dalam usia tersebut manusia telah mampu berfikir mana yang baik dan mana yang buruk.
Selain itu Allah juga akan memberikan balasan kepada orang-orang yang telah berbuat baik sesuai dengan syari’at agama islam. dan perintah untuk percaya kepada janji-janji Allah serta selalu bertawakkal kepada-Nya


 
 DAFTAR PUSTAKA

1.      Al-Maragi, ahmad mustafa.1993.Tafsir Al-Maragi.Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang
2.       Shihab, M.Quraish.TAFSIR ALMISHBAH:Pesan,Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.Jakarta: Lentera Hati
3.      Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar Juz XX. Jakarta: Pustaka Panjimas.

4.      https://medium.com/.../bab-5-konsep-ilmu-akal-992f622fd71



[1] https://medium.com/.../bab-5-konsep-ilmu-akal-992f622fd71

[2] Prof.Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Yayasan Latimojong, Surabaya,1978,hlm.81-82
[3] Ahmad musthofa al-maraghi,Tafsir al Maraghi, CV Tohaputra, Semarag, hlm.69-70
[4] M.Quraisy shihab,  , Lentera Hati, hlm.561-563

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TT E L3 Metode Pendidikan Special (Metode Tanya Jawab) Q.S Al-Baqarah 189

  METODE PENDIDIKAN SPESIAL "METODE TANYA JAWAB"   Farkhatuttadzkiroh NIM. (2117065) Kelas : E   JURUSAN PEND...